Mencintai Tanpa Syarat

4 tingkatan sembahyang (shalat)

 


Empat Tingkatan Sembahyang (Shalat)


Tentang shalat sebagian besar orang Jawa menyebut sembahyang, dari asal kata menyembah Sang Hyang Maha Tunggal (Esa) Lagi Maha Wenang (Kuasa). Oleh karena itu sembahyang bukanlah hanya sekedar mengerjakan gerakan fisik semata-mata, tapi meliputi empat tingkatan.


empat tingkatan yaitu 

1.sembah raga. 

2.sembah cipta (Qolbu)

3.sembah jiwa. 

4.sembah rasa.


1. Sembah raga.

Sembah raga,Ibarat jenjang kepegawaian ia masih dalam tingkat magang, dengan tujuan melatih mendekatkan diri ke pada Allah . Sembah raga bersuci dengan air dan melaksanakan salat lima waktu. Sembah raga juga dapat diartikan ibadah secara fisik dan lahiriah, secara tampak mata, (secara syariat).

Sembahyang lima waktu merupakan shalat fardlu yang wajib ditunaikan (setiap muslim) dengan memenuhi segala syarat dan rukunnya.

Sembah raga yang demikian ini wajib ditunaikan terus-menerus tiada henti seumur hidup. Dengan keharusan memenuhi segala ketentuan syarat dan rukun yang wajib dipedomani.Tanpa mempedomani syarat dan rukun, maka sembah itu tidak sah.


2. Sembah cipta (Qolbu)

Sembah cipta atau sembah Qolbu adalah ibadah batin yang jauh lebih sulit dibanding ibadah lahir. 

maka sembah cipta di sini mengandung arti sembah qolbu.

Apabila sembah raga menekankan penggunaan air untuk membasuh segala kotoran dan najis lahiriah, maka sembah kalbu menekankan pengekangan hawa nafsu yang dapat mengakibatkan terjadinya berbagai pelanggaran dan dosa.


Sembah cipta juga disebut shalat tarekat. Apabila dilaksanakan dengan tertib, sembah cipta akan berakibat lenyapnya penghalang yang memisahkan pandangan alam lahir dan alam batin, 

Orang baru dapat dikatakan bisa melakukan sembah cipta jika qolbunya suci. Ia senantiasa ikhlas, rendah hati dan tidak sombong, tidak minta dipuji serta dihormati. Tidak ujub dan riya. Agar dapat melakukan sembah cipta, kita harus dapat mengendalikan hawa nafsu. Karena bersifat batin, maka cara bersucinya tidak dengan air, melainkan dengan hasrat yang luhur. Orang yang sudah bisa melaksanakan sembah kalbu akan dapat melihat sajatining urip (diri sejati), makna kehidupan yang sesungguhnya, sebagaimana yang digariskan Gusti Allah. Dengan demikian selanjutnya akan dapat menemukan jalan atau cara menuju dan menyatu (manunggal/mengEsa) dengan Pangeran Yang Maha Agung.


3. Sembah jiwa

sembah jiwa adalah hakikat dari segala macam sembahyang. Tidak semua orang mampu melakukan ini. Orang yang dapat melaksanakan sembahyang ini, jiwanya senantiasa mampu mengendalikan raga, cipta atau kalbu dan hasrat atau karsanya. Agar dapat mengendalikan, maka jiwa yang bersangkutan harus suci bersih dan selalu eling (sadar), berzikir baik batin, lisan maupun perbuatan pikiran dan jasmaninya. Segalanya senantiasa tertuju kepada Tuhan. Ia tidak menuntut dan membutuhkan apa-apa bagi dirinya sendiri, karena sudah merasa cukup puas dengan segala dan apa pun yang telah dikaruniakan Gusti Allah kepadanya. Ia malu untuk meminta sesuatu bagi dirinya sendiri kecuali ridho Allah.

Pelaksanaan sembah jiwa ialah dengan berniat teguh di dalam hati untuk mengemaskan segenap aspek jiwa, lalu diikatnya kuat-kuat untuk diarahkan kepada tujuan yang hendak dicapai tanpa melepaskan apa yang telah dipegang pada saat itu. Dengan demikian triloka (alam semesta) tergulung menjadi satu. Begitu pula jagad besar dan jagad kecil digulungkan disatupadukan. Di situlah terlihat alam yang bersinar gemerlapan. Maka untuk menghadapi keadaan yang menggumkan itu, hendaklah perasaan hati dipertebal dan diperteguh jangan terpengaruh oleh apapun.


4. Sembah rasa

sembah rasa merupakan penyembahan dari inti rasa sejati, yaitu rasa batin yang tak berwujud, yang hanya dapat kita lakukan bila kita sudah sungguh-sungguh mengenal dan menyatu (mengESA) dengan kehendak Allah. Inti rasa sejati itu sama dengan atma atau juga inti dari jiwa. Karena jiwanya sudah suci maka tidak ada lagi tirai yang menghalangi antara inti jiwa dengan Gusti Allah Yang Maha Agung.(tingkat makrifat).

Pada tingkatan ini, seorang salik dapat melaksanakan sendiri sembah rasa sesuai petunjuk-petunjuk gurunya (mursyd). Pada tingkat ini ia dipandang telah memiliki kematangan rohani. Oleh karena itu, ia dipandang telah cukup ahli dalam melakukan sembah dengan mempergunakan aspek-aspek batiniahnya sendiri.

Di sini, dituntut kemandirian, keberanian dan keteguhan hati , tanpa menyandarkan kepada orang lain. Kejernihan batinlah yang menjadi modal utama.

Sembah tersebut, demikian dinyatakan

sungguh sangat mendalam, tidak dapat diselami dengan kata-kata, tidak dapat pula dimintakan bimbingan guru. Oleh karena itu, seorang harus merampungkannya sendiri dengan segala ketenangan, kejernihan batin dan kecintaan yang mendalam untuk

melebur diri di muara samudera luas tanpa tepi dan berjalan menuju kesempurnaan.


semoga semua makhluk hidup berbahagia.

salam santun 🍃

#iramaqolbu 

Comments